Ada begitu banyak cara untuk memiliki rumah tinggal idaman. Selain
membelinya secara tunai, rumah bisa juga didapatkan dengan cara kredit
dengan menggunakan fasilitas kredit kepemilikan rumah (KPR) di beberapa
bank swasta maupun bank pemerintah.
Kendati ada kemudahan
menggunakan fasilitas KPR, banyak yang tidak mengetahui estimasi skema
pembelian rumah secara kredit. Untuk itu, sebaiknya Anda mempelajari
bagaimana perkiraan menghitung KPR.
Berikut merupakan salah satu contoh menghitung KPR, seperti disitat dari blog arsitek Architectaria, Rabu (8/2/2012):
Misal,
harga rumah yang akan Anda beli adalah Rp100 juta. Anda akan membelinya
melalui kredit KPR dengan bunga bank 10 persen. Kalau uang mukanya
sebesar 10 persen (Rp10 juta), berarti sisa utangnya adalah Rp90 juta.
Dengan
utang sebesar Rp90 juta kalau diangsur selama 10 tahun dengan bunga 10
persen. Maka, angsuran per bulan sekira Rp1.189.400. Sedangkan total
bunga pinjaman adalah Rp52.722.796 dan total utang menjadi sebesar
Rp142.722.796.
Perbandingannya, kalau tidak ingin kredit KPR atau
ingin menabung selama 10 tahun. Dengan bunga per tahun lima persen,
tabungan Anda akan menjadi sekira Rp220 juta.
Dengan asumsi, dalam 10 tahun, harga rumah sudah naik. Anggap saja cuma
naik
50 persen menjadi 150 juta. Bagi yang akan membeli rumah 10 tahun lagi
paling tidak akan untung sekira Rp50 juta. Itu kalau rumah yang
ditempati selama 10 tahun tidak kontrak. Kalau kontrak, misal per tahun
sebesar Rp5 juta selama 10 tahun, dan total menjadi 50 juta.
Hal ini berarti impas, atau sama dengan yang pakai Rumah KPR.
Kesimpulannya,
kalau menghasilkan nilai yang sama antara rumah yang dibeli dengan
fasilitas KPR dengan yang tidak menggunakan fasilitas KPR, maka lebih
menguntungkan jika membeli rumah lewat KPR dengan keuntungannya yaitu
kita mendapatkan rumah lebih dahulu.
Dengan mengubah
variabel-variabel di atas, kita bisa menentukan mana yang lebih baik
antara membeli rumah dengan memanfaatkan fasilitas KPR atau tidak. Coba
saja dengan mengubah variabel suku bunga, jangka waktu serta kenaikan
harga tanah atau rumah.
Perhitungkan juga lokasi rumah yang akan
kita beli. Bisa jadi karena lama menunggu mengumpulkan uang, malah
tanah dan rumah yang lokasinya berada di dekat tempat Anda bekerja sudah
habis dan harga lokasi yang bagus sudah kelewat mahal.
(dikutip dari Okezone.com)